Sabtu, 12 Februari 2011

bende,alat komunikasi perang jaman Maja pahit

Alat musik tradionil dari jawa,sejenis gong dengan ukuran yang lebih kecil,alat musik ini memang khusus dipergunakan untuk komunikasi dalam peperangan.Tidak sembarang orang boleh memainkan dan tidak sembarang waktu boleh ditabuh,Bende tersebut sangat disakralkan,biasanya alat ini diberi nama atau gelar yang berbau mistis dan seram berbau maut,misal: Kyai Amuk,Kyai Guntur,Kyai Pegatsih , nama nama yang menyeramkan ini dimaksudkan agar dalam peperangan,bunyi bende ini bisa menggugah semangat tempur para prajurit danmenggetarkan nyali pasukan musuh.Panjang pendek nada yang diperdengarkan dan berapa kali dipukul adalah merupakan sandi sandi yang hanya dimengerti oleh beberapa orang pucuk pemimpin pasukan.Bunyi bende ini merupakan sebuah aba aba untuk membentuk formasi pasukan dan perubahan siasat dan gelar pasukan serta aba aba untuk memulai pergerakan pasukan.Dalam gelar pasukan perang biasanya dipimpin oleh satu Senopati Agung[jendral besar] dibatu oleh dua atau lebih Senopati Penjawat[senopati pendamping].Para senopati pendamping ini berfungsi memimpin unit unit pasukan yang ada di kiri dan kanan atau dibelakang pasukan induk.Begitu mendengar bunyi bende diperdengarkan,senopati pendamping akan menyuruh perwira penghubung untuk memberikan sandi balasan bahwa perintah telah sampai dan dimengerti oleh para senopati tersebut.Sandi balasan tersebut biasanya mempergunakan panah api atau panah bersuara[panah yang ujungnya diberi sendaren,alat yang dapat mengeluarkan suara bila berdesekan dengan udara]. Sebagai contoh bende yang merupakan salah satu peninggalan dari kerajaan Maja pahit yang masih tersisa dan dikeramatkan adalah Gong Kyai Pradah yang sekarang disimpan dipendopo Kawedanan Lodoyo,benda ini sampai sekarang masih dikeramatkan dengan melakukan upacara Siraman yang dilakukan tiap tahun dibulan Maulud dalam penanggalan jawa.Upacara ini sampai sekarang masih menjadi tradisi yang menarik yang dihadiri oleh para pejabat Kabupaten Blitar dan dibanjiri oleh penonton yang datang dari daerah Blitar,Kediri,Tulung Agung dan sekitarnya.                         
                Foto diatas adalah gambar dari salah satu relief di candi Penataran yang menggambarkan dua ponggawa yang membawa Bende dengan ukuran kecil,yang biasanya dipergunakan sewaktu mengadakan patroli.                                                             Foto: Koleksi Galery Simpang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar